Cari Blog Ini

Pusat Peradaban

Modern

Entri Populer

Powered By Blogger

Entri Populer

Entri Populer

Sabtu, 02 April 2011

Carrots and Stick
Dalam menyelesaikan masalah suatu negara, maka negara mempunyai banyak pilihan dalam mengambil kebijakan luar negerinya. Dalam memenuhi kepentingan nasional Negara tersebut. Realisme dalam memenuhi kepentingan Nasional dengan cara Military Power, satu-satunya cara dalam menyelesaikan masalah politik luar negeri adalah dengan cara perang. Karena Asumsi dasar kaum realis adalah menyakini damai adalah sauatu keniscayaan. Seperti kasus AS, menyerang beberapa Negara yang bersebrangan dengan kepentingannya seperti Libya. Dengan menggunakan Hard Power, yang dalam hal ini seperti Stick. AS mempunyai kepenting terhadap cadangan minyak yang ada di  libya. Maka AS menggunakan hard power setelah melalui DK PBB, dengan di bantu oleh Prancis, Inggris, untuk melancarkan serangannya. Walaupun Rusia dan China abstain dalam penandatangan Resolusi PBB. Ada apa Dibalik semua itu? atau mungkin ini adalah perebutan cadangan Minyak yang ada di Libya antara China dan Amerika?.
Tapi ada istilah Carrot, atau Soft Power, yaitu menyelesaikan masalah luar negerinya dengan cara-cara Diplomasi. Yang dilakukana oleh Kementrian luar negeri atau Non Goverment seperti Bisnisman, lembaga keuangan, atau kelompok-kelompok Agama, peneliti dalam bidang masing-masing.

Kamis, 31 Maret 2011

Sebuah Jalan Panjang
Ketika aku masih kecil, suka sekali bermain dengan teman-teman tanpa ingat waktu. Artinya saat itu saya sangat tenggelam dalam menggunakan waktu hanya sebuah kenikmatan rasa bahagia bersama teman-teman. Saat ibu (alm), senantiasa mengajak saya ke pengajian ke pengajian lain ,,, secara otamatis My Mom menghendaki saya untuk menjadi seorang Mubaligh, Juru pidato seperti tokah agama di kampung-kampung. Yang akhirnya saya di kirim lembaga pendidikan pembangun peradaban bangsa berupa Pondok Pesantren. My mom sangat sayang kepada saya, sampai dia pernah bilang, bahwa saya besok kelak menjadi seorang dosen. Saya tidak pernah kepikiran hal itu. Semakin hari semakin asyik bermain dengan teman2 sebaya di kampung halaman ku, tapi badan saya selalu kebal karena sering gerak. Sampailah saya dewasa, waktupun saya habiskan dengan lembaran-lembaran buku, karena saya terlalu hanyut dengan buku-buku diperpustakaan. Pondok Pesantren Madrasah Wathoniyah adalah Ponpes Yang lebih dari satu abad. Setalah saya melalang buana dari PPM ASSALAM Temanggung. Terfikir di SMA untuk kuliah di Al-Azhar University, tapi saya anak satu2nya laki2 ....ga Boleh, alhamdulillah saya juga tahu Hikmahnya...saya pernah terbetik untuk berbuat terbaik semampu saya dan bisa tembus kampus UGM, eh ternyata Allah Maha Mendengar, sehingga Saya bisa kuliah Pasca Sarjana Hubungan Internasional Bersama teman2. Ini adalah Foto dengan Bang Bobby, saat kuliah d Kampus UGM.
Saya masih menapaki Jalan Ini dengan sekuat tenaga tanpa henti lelah. Masih terbetik dalam otak saya untuk mendirikan lembaga pendidikan untuk mencetak generasi Bangsa yang berkarakter, pendidikan berbasis bakat. Mempunyai Istri diwaktu Muda juga targetan dalam Waktu dekat. Pernah terbetik dalam otak saya bahwa, saya akan menikah dengan mahasiswa UGM jurusan Kedokteran, Tapi Tuhan Saja yang Tahu.
Usia sekarang yang pernah mengalami masa kecil, remaja, bahkan mulai berfikir matang, saya terus mencari titik temu, karena setiap masa pasti ada permasalahan yang solusinya berbeda walaupun dengan permasalahan yang sama.
Kadang saya sering mengikuti Problem Solving, tetapai saya, kadang memiliki cara sendiri dalam menyelesaikan masalah hidup, karena saya fikir pengambilan keputsusan sangat komplek.
Menghadapi titik jenuh, Ada setip manusia sering mengalami itu. Saat butuh sendirian, tanpa ada hal yang perlu diganggu, saya menangkan Jiwa dengan Ingat kepada sang Pencipta, kita hanya barang titipan.
Tawakkal adalah jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah, kekuatan Iman, bathin akan meringankan beban berat yang kadang sulit terasa. Selama nafas ini masih ada, pergerakan darah dan tubuh tetap akan bergelinding.

Selasa, 01 Februari 2011

Post kolonialisme

Poskolonialisme adalah teori kritis terhadap penjajahan yang bersifat erosentris. Mencoba menyadarkan akan negara-negara yang terjajah agar bangun akan keterjajahannya. Penolakan semua yang mengklaim bahwa semua yang ada di negara-negara terjajah, Bahwa seharusnya kaum yang terjajah juga mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh peradaban yang maju. Klaim kemajuan hanya milik penajajah sudah salah kaprah. Bahwa dengan penjajahanlah negara terjajah menjadi maju, padahal semua terjadi tentang kemajuan tanpa harus ada pejajahan. Semangat rasionalitas yang menjadi ciri peradaban modern dimana pikiran subjek ditempatkan sebagai penentu segalanya telah menyebabkan manusia Eropa/Barat menjadi subjek realitas yang lain. Hal ini kemudian oleh sebagian pihak dipandang sebagai sebabdimana alam dunia diluar Eropa di Ekspolarasi, di petakan, dikategorisasi, ditundukkan, dan dikolonialisasi dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan mereka, baik secara fisik maupun non-fisik. kolonialisme pun tidak dapat dihindari terhadap negara diluar Eropa, seperti dunia ketiga. Hal ini kemudian menciptakan sebuah pengalaman yang kurang menyenangkan-jika dikatakan tidak bagi pihak koloni, primitif dan tidak beradab  membangun pengetahuan bahwa dunia luar Eropa/Barat adalah demikian. Hal ini menciptakan struktur pengetahuan yang hierarkis yang didalamya mengandung dimensi kekuasaan bahwa pihak-pihak koloni lebih maju, lebih rasional dan modern, sementara pihak-pihak yang dikoloni terbelakang tidak beradab. Dengan kata lain, terdapat pola hierakis bahwa kelompok kolonial Eropa/Barat  superior dan pihak terjajah inferior.Dari situlah muncul kesadaran, menelusuri kembali sejarah kolonialisme dan kekuasaan dalam membentuk masa dan realitas masa kini  pada level lokal, nasional, dan global.
  • Poskolonialisme selalu memandang ke belakang atau dibalik. Segala apa yang tertulis dan tertutup untuk menguji secara kritis konstruksi realitas dalam petanda beserta arti-artinya yang tersembunyi.
  • Poskolonialisme menolak segala yang berbau Erosentris, yang melibatkan warisan penjajahan Eropa seperti Inggris, Prancis, Belanda dan kekuatan-kekuatan yang lainnya.
  • Poskolonialisme adalah Studi tentang ideologi dan budaya yang dihasilkan oleh Barat.
  • Poskolonialisme merupakan teori yang digunakan untuk menunjukkan eksistensi Barat sebagai negara penjajah terhadap negara terjajah.
  • Sebagai Studi budaya dan masyarakat pemikir poskolonial berdiri atas dua pijakan diantaranya:
  • (a). Pendekatan posmodernis, yang menolak segalap penwaran modern.
  • (b). Pendekatan Posstrukturalis, mengkritisi fakta-fakta sejarah.
  1. Pemikir Poskolonialisme Edwar Said lahir di Palestina, November 1935 wafat pada tahun 2003. Pada tahun 1973 menerbitkan Orientalisme, karya ini sebagai sumbangan penting analisis kolonilisme dan pemikiran kolonial. Orientalisme Said merujuk pada sangkaan Erosentris terus-menerus atas orang-orang arab dan kebuyaan arab.Pandangan-pandangan Said: Said menyimpulkan penulis Barat menghadirkan Timur sebagai irasional, lemah, feminis, jika dibandingkan dengan Barat, rasional, kuat, dan Masculin. Said menentang perang melawan teror dengan mengatakan bahwa perang ini kemudian oleh para pakar yang mendukung teori kejahatan.
  2. Gayatri Cakravorty Speak di terbitkan Cary Nelson and Lawrence Grossbreg. Spivak lebih mengedepankan kelompok sosialis sulbaltren, bagaimana kelompok-kelompok non elit, menjadi agen perubahan sosial politik. Sulbatren merupakan istilah berpangkat rendah dalam hierarki militer namun diasosiasikan dengan kelompok-kelompok minoritas tertindas dan panorama dominasi elit melalui karya antonio Gramci mengenai Hegemoni. Dominasi dan subordinasi adalah sebuah hubungan yang tidak hanya terjadi antar negara atau dalam etnis tertentu.
  3. Homi K Babha. Kritik terhadap oposisi biner dalam bahasa (rasional Vs emosional, beradab Vs biadab) walaupun komposisi biner itu terjadi dalam posstruktural didalam hubungan kolonialisasi. Penjajah terjadi saling ketergantungan dan dikonstruksikan. Dalam sastra tercampurnya Bahasa ibu dan bahasa  penjajah.
  4.  Asumsi-asumsi dasar poskolonialisme, Relativisme (Cultural Relativisme) pengahancuran penjajah atas budaya tidak dibenarkan secara sosiala dan etika politik, bahasa diskursus kolonialisme bersifat sama (absurdity of colonial language and discours) narasi kolonial selalu digunakan untuk memahami dan menggambarkan pengalaman kolonialnya.
  5. Ambivalensi toward authority lahir dari pertarungan dan perseturan anatara pribumi dan pendatang. Keterasingan penjajah (Colonial Alienation) kolonialisme mengarah pada keterasingan, pribumi ditanahnya sendiri. karena pengalaman traumatik menghilangkan identitasnya sendiri.



Minggu, 30 Januari 2011

SBY Kenapa Engkau Berbuat Begitu

Ketika saya pulang ke Banyumas, setelah lama tidak pulang. tiba-tiba saat sore setelah Ashar saya melihat berita di televisi, bahwa ada penyalahgunaan dana untuk pengayaan buku di sekolah-sekolah. Yang ternyata berisi buku-buku tentang SBY sekitar 600 eklempar. Walaupun, dari tim Diknas mengatakan sudah ada Tim seleksi, dan di pilih buku terbaik tentang biografinya SBY. Atau ada yang mengatakan itu terselip. Semua itu tidaka dibenarkan. Karena, buku yang di kirim merupakan masuk kedalam materi pendidikan, dengan menggunakan dana alokasi khusus. Kalaupun itu diletakkan dalam perpustakaan dan hanya dibaca oleh siswa, itu tidak etis karena SBY masih berkuasa. Seakan-akan SBY Ingin bikin monarky, di negeri yang tercinta ini. Pendidikan politik perlu disadarkan, apa yang di lakukan SBY merupakan kesalahan dan ambisinya untuk melanggengkan kekuasaan jangan engakau teruskan. Disaat orang-orang miskin kelaparan SBY Curhat ingin menambah Gajinya. Kalau kita bercermin sama Mahmoed Ahmad Dinejat President yang sangat sederhana visioner, mau berjuang keras demi kemajuan negara, bajunya aja sangat tidak pantas untuk seorang presiden. Dia mencontohkan walaupun President dia tetapa menggunakana fasilitas sederhana, bahkan bajunya kelihatan robek di bagian ketiak, bagian jahitannya. Mana seorang SBY yang selalu tebar pesona memberikan contoh, negarawan, yang mau berjuang keras untuk rakyat. Dia tidak malu sama para pejuang negeri ini. Mereka tidak pernah minta gaji, sepeser pun untuk membangun negeri ini. Ayo SBY Sadar dan Taubatlah



Sabtu, 29 Januari 2011

Ali Bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib adalah menantu Nabi yang mempunyai wawasan intelektual yang luar biasa, sehingga beliau di juluki Baabul Ilmu, dia adalah seorang inteletual muslim yang handal.

Ali kecil adalah anak yang malang. Namun, kehadiran Muhammad SAW telah memberi seberkas pelangi baginya. Ali, tidak pernah bisa bercurah hati kepada ayahnya, Abi Thalib, selega ia bercurah hati kepada Rasulullah. Sebab, hingga akhir hayatnya pun, Abi Thalib tetap tak mampu mengucap kata syahadat tanda penyerahan hatinya kepada Allah. Ayahnya tak pernah bisa merasa betapa nikmatnya saat bersujud menyerahkan diri,kepada Allah Rabb semesta sekalian alam.

Kematian ayahnya tanpa membawa sejumput iman begitu memukul Ali. Kelak dari sinilah, ia kemudian bertekad kuat untuk tak mengulang kejadian ini buat kedua kali. Ia ingin, saat dirinya harus mati nanti, anak-anaknya tak lagi menangisi ayahnya seperti tangis dirinya untuk ayahnya, Abi Thalib. Tak cuma dirinya, disebelahnya, Rasulullah pun turut menangisi kenyataan tragis ini...saat paman yang selama ini melindunginya, tak mampu ia lindungi nanti...di hari akhir,karena ketiaadaan iman di dalam dadanya.

Betul-betul pahit, padahal Ali tahu bahwa ayahnya sangatlah mencintai dirinya dan Rasulullah. Saat ayahnya, buat pertama kali memergoki dirinya sholat berjamaah bersama Rasulullah, ia telah menyatakan dukungannya. Abi Thalib berkata, ""Janganlah kau berpisah darinya (Rasulullah), karena ia tidak mengajakmu kecuali kepada kebaikan".

Sejak masih berumur 6 tahun, Ali telah bersama dan menjadi pengikut setia Rasulullah. Sejarah kelak mencatat bahwa Ali terbukti berkomitmen pada kesetiaannya. Ia telah hadir bersama Rasulullah sejak awal dan baru berakhir saat Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ali ada disaat yang lain tiada. Ali adalah tameng hidup Rasulullah dalam kondisi kritis atau dalam berbagai peperangan genting, saat diri Rasulullah terancam.

Kecintaan Ali pada Rasulullah, dibalas dengan sangat manis oleh Rasulullah. Pada sebuah kesempatan ia menghadiahkan kepada Ali sebuah kalimat yang begitu melegenda, yaitu : "Ali, engkaulah saudaraku...di dunia dan di akhirat..."

Ali, adalah pribadi yang istimewa. Ia adalah remaja pertama di belahan bumi ini yang meyakini kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah. Konsekuensinya adalah, ia kemudian seperti tercerabut dari kegermerlapan dunia remaja. Disaat remaja lain berhura-hura. Ali telah berkenalan dengan nilai-nilai spiritual yang ditunjukkan oleh Rasulullah, baik melalui lisan maupun melalui tindak-tanduk beliau. "Aku selalu mengikutinya (Rasulullah SAWW) sebagaimana anak kecil selalu membuntuti ibunya. Setiap hari ia menunjukkan kepadaku akhlak yang mulai dan memerintahkanku untuk mengikuti jejaknya", begitu kata Ali mengenang masa-masa indah bersama Rasulullah tidak lama setelah Rasulullah wafat.

Amirul mukminin Ali, tumbuh menjadi pemuda yang berdedikasi. Dalam berbagai forum serius yang dihadiri para tetua, Ali selalu ada mewakili kemudaan. Namun, muda tak berarti tak bijaksana. Banyak argumen dan kata-kata Ali yang kemudian menjadi rujukan. Khalifah Umar bahkan pernah berkata,"Tanpa Ali, Umar sudah lama binasa"

Pengorbanannya menjadi buah bibir sejarah Islam. Ali-lah yang bersedia tidur di ranjang Rasulullah, menggantikan dirinya, saat rumahnya telah terkepung oleh puluhan pemuda terbaik utusan kaum kafir Quraisy yang hendak membunuhnya di pagi buta. Ali bertaruh nyawa. Dan hanya desain Allah saja semata, jika kemudian ia masih tetap selamat, begitu juga dengan Rasulullah yang saat itu 'terpaksa' hijrah ditemani Abu Bakar seorang.

Keperkasaan Ali tiada banding. Dalam perang Badar, perang pertama yang paling berkesan bagi Rasulullah (sehingga setelahnya, beliau memanggil para sahabat yang ikut berjuang dalam Badar dengan sebutan " Yaa...ahlul Badar..."), Ali menunjukkan siapa dirinya sesungguhnya. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan separo dari 70an pihak musuh yang terbunuh. Hari itu, bersama sepasukan malaikat yang turun dari langit, Ali mengamuk laksana badai gurun.

Perang Badar adalah perang spiritual. Di sinilah, para sahabat terdekat dan pertama-tama Rasulullah menunjukkan dedikasinya terhadap apa yang disebut dengan iman. Mulanya, jumlah lawan yang sepuluh kali lipat jumlahnya menggundahkan hati para sahabat. Namun, doa pamungkas Rasulullah menjadi penyelamat dari jiwa-jiwa yang gundah. Sebuah doa, semirip ultimatum, yang setelah itu tak pernah lagi diucapkan Rasulullah..."Ya Allah, disinilah sisa umat terbaikmu berkumpul...jika Engkau tak menurunkan bantuanmu, Islam takkan lagi tegak di muka bumi ini..."

Dalam berbagai siroh, disebutkan bahwa musuh kemudian melihat jumlah pasukan muslim seakan tiada batasnya, padahal jumlah sejatinya tidaklah lebih dari 30 gelintir. Pasukan berjubah putih berkuda putih seperti turun dari langit dan bergabung bersama pasukan Rasulullah. Itulah, kemenangan pasukan iman. Dan Ali, menjadi bintang lapangannya hari itu.

Tak hanya Badar, banyak peperangan setelahnya menjadikan Ali sebagai sosok yang disegani. Di Uhud, perang paling berdarah bagi kaum muslim, Ali menjadi penyelamat karena dialah yang tetap teguh mengibarkan panji Islam setelah satu demi satu para sahabat bertumbangan. Dan yang terpenting, Ali melindungi Rasulullah yang kala itu terjepit hingga gigi RAsulullah bahkan rompal dan darah mengalir di mana-mana. Teriakan takbir dari Ali menguatkan kembali semangat bertarung para sahabat, terutama setelah melihat Rasululah dalam kondisi kritis.

Perang Uhud meski pahit namun sejatinya berbuah manis. Di Uhud, Rasulullah banyak kehilangan sahabat terbaiknya, para ahlul Badar. Termasuk pamannya, Hamzah --sang singa padang pasir. Kedukaan yang tak terperi, sebab Hamzah-lah yang selama ini loyal melindungi Rasulullah setelah Abi Thalib wafat. Buah manisnya adalah, doa penting Rasulullah juga terkabul, yaitu masuknya Khalid bin Walid, panglima musuh di Perang Uhud, ke pangkuan Islam. Khalid kemudian, hingga akhir hayatnya, mempersembahkan kontribusi besar terhadap kemenangan dan perkembangan Islam.

Bagi Ali sendiri, perang Uhud makin menguatkan imagi tersendiri pada sosok Fatimah binti Muhammad SAW. Sebab di perang Uhud, Fatimah turut serta. Dialah yang membasuh luka ayahnya, juga Ali, berikut pedang dan baju perisainya yang bersimbah darah.

Juga di perang Khandak. Perang yang juga terhitung genting. Perang pertama yang sifatnya psyco-war. Ali kembali menjadi pahlawan, setelah cuma ia satu-satunya sahabat yang 'berani' maju meladeni tantangan seorang musuh yang dikenal jawara paling tangguh, ‘Amr bin Abdi Wud. Dalam gumpalan debu pasir dan dentingan suara pedang. Ali bertarung satu lawan satu. Rasulullah SAW bahkan bersabda: “Manifestasi seluruh iman sedang berhadapan dengan manifestasi seluruh kekufuran”.

Dan teriakan takbir menjadi pertanda, bahwa Ali menyudahinya dengan kemenangan. Kerja keras Ali berbuah. Kemenangan di raih pasukan Islam tanpa ada benturan kedua pasukan. Tidak ada pertumpahan darah. kegemilangan ini, membuat Rasulullah SAW pada sebuah kesempatan : “Peperangan Ali dengan ‘Amr lebih utama dari amalan umatku hingga hari kiamat kelak”.

Seluruh peperangan Rasulullah diikuti oleh Ali, kecuali satu di Perang Tabuk. Rasulullah memintanya menetap di Mekkah untuk menjaga stabilitas wilayah. Sebab Rasulullah mengetahui, ada upaya busuk dari kaum munafiq untuk melemahkan Mekkah dari dalam saat Rasulullah keluar memimpin perang TAbuk. Kehadiran Ali di Mekkah, meski seorang diri, telah berhasil memporakporandakan rencana buruk itu. Nyali mereka ciut, mengetahui ada Ali di tengah-tengah mereka.

Perubahan drastis ditunjukkan Ali setelah Rasulullah wafat. Ia lebih suka menyepi, bergelut dengan ilmu, mengajarkan Islam kepada murid-muridnya. Di fase inilah, Ali menjadi sosok dirinya yang lain, yaitu seorang pemikir. Keperkasaannya yang melegenda telah diubahnya menjadi sosok yang identik dengan ilmu. Ali benar-benar terinspirasi oleh kata-kata Rasulullah, "jika aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya". Dari ahli pedang menjadi ahli kalam (pena). Ali begitu tenggelam didalamnya, hingga kemudian ia 'terbangun' kembali ke gelanggang untuk menyelesaikan 'benang ruwet', sebuah nokta merah dalam sejarah Islam. Sebuah fase di mana sahabat harus bertempur melawan sahabat.


Kenangan Bersama Fatimah Az-Zahra
Sejatinya, sosok Fatimah telah lama ada di hati Ali. Ali-lah yang mengantarkan Fatimah kecil meninggalkan Mekkah menyusul ayahnya yang telah dulu hijrah. Ali pula yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa Fatimah menangis tersedu-sedu setiap kali Rasulullah dizhalimi. Ali bisa merasakan betapa pedihnya hati fatimah saat ia membersihkan kotoran kambing dari punggung ayahnya yang sedang sholat, yang dilemparkan dengan penuh kebencian oleh orang-orang kafir quraisy.

Bagi Fatimah, sosok rasulullah, ayahnya, adalah sosok yang paling dirindukannya. Meski hati sedih bukan kepalang, duka tak berujung suka, begitu melihat wajah ayahnya, semua sedih dan duka akan sirna seketika. Bagi Fatimah, Rasulullah adalah inspirator terbesar dalam hidupnya. Fatimah hidup dalam kesederhanaan karena Rasulullah menampakkan padanya hakikat kesederhanaan dan kebersahajaan. Fatimah belajar sabar, karena Rasulullah telah menanamkan makna kesabaran melalui deraan dan fitnah yang diterimanya di sepanjang hidupnya. Dan Ali merasakan itu semua. Karena ia tumbuh dan besar di tengah-tengah mereka berdua.

Maka, saat Rasulullah mempercayakan Fatimah pada dirinya, sebagai belahan jiwanya, sebagai teman mengarungi kehidupan, maka saat itulah hari paling bersejarah bagi dirinya. Sebab, sesunguhnya, Fatimah bagi Ali adalah seperti bunda Khodijah bagi Rasulullah. Teramatlah istimewa.

Suka duka, yang lebih banyak dukanya mereka lewati bersama. Dua hari setelah kelahiran Hasan, putra pertama mereka, Ali harus berangkat pergi ke medan perang bersama Rasulullah. Ali tidak pernah benar-benar bisa mencurahkan seluruh cintanya buat Fatimah juga anaknya. Ada mulut-mulut umat yang menganga yang juga menanti cinta sang khalifah.

Mereka berdua hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan yang sampai mengguncang langit. Penduduk langit bahkan sampai ikut menangis karenanya. Berhari-hari tak ada makanan di meja makan. Puasa tiga hari berturut-turut karena ketiadaan makanan pernah hinggap dalam kehidupan mereka. Tengoklah Ali, dia sedang menimba air di pojokkan sana, Setiap timba yang bisa angkat, dihargai dengan sebutir kurma. Hasan dan Husein bukan main riangnya mendapatkan sekerat kurma dari sang ayah.

Pun, demikian tak pernah ada keluk kesah dari mulut mereka. Bahkan, mereka masih bisa bersedekah. Rasulullah...tak mampu menahan tangisnya... saat mengetahui Fatimah memberikan satu-satunya benda berharga miliknya, seuntai kalung peninggalan sang bunda Khodijah, ketika kedatangan pengemis yang meminta belas kasihan padanya. Rasulullah, yang perkasa itu, tak mampu menyembunyikan betapa air matanya menetes satu persatu...terutama mengingat bahwa kalung itu begitu khusus maknanya bagi dirinya... dan fatimah rela melepasnya, demi menyelamatkan perut seorang pengemis yang lapar, yang bahkan tidak pula dikenalnya.

Dan lihatlah...langit tak diam. Mereka telah menyusun rencana. HIngga, melalui tangan para sahabat, kalung itu akhirnya kembali ke Fatimah. Sang pengemis, budak belaian itu bisa pulang dalam keadaan kenyang, dan punya bekal pulang, menjadi hamba yang merdeka pula. Dan yang terpenting adalah kalung itu telah kembali ke lehernya yang paling berhak...Fatimah.

Namun, waktu terus berjalan. Cinta di dunia tidaklah pernah abadi. Sebab jasad terbatasi oleh usia. Mati. Sepeninggal Rasulullah, Fatimah lebih sering berada dalam kesendirian. Ia bahkan sering sakit-sakitan. Sebuah kondisi yang sebelumnya tidak pernah terjadi saat rasulullah masih hidup. Fatimah seperti tak bisa menerima, mengapa kondisi umat begitu cepat berubah sepeninggal ayahnya. Fatimah merasa telah kehilangan sesuatu yang bernama cinta pada diri umat terhadap pemimpinnya. Dan ia semakin menderita karenanya setiap kali ia terkenang pada sosok yang dirindukannya, Rasulullah SAW.

Pada masa ketika kekalutan tengah berada di puncaknya, Fatimah teringat pada sepenggal kalimat rahasia ayahnya. Pada detik-detik kematian Rasulullah...di tengah isak tangis Fatimah...Rasulullah membisikkan sesuatu pada Fatimah, yang dengan itu telah berhasil membuat Fatimah tersenyum. Senyum yang tak bisa terbaca. Pesan Rasulullah itu sangatlah rahasia, dia hanya bisa terkatakan nanti setelah Rasulullah wafat atau saat Fatimah seperti sekarang ini...terbujur di pembaringan. Ya, Rasulullah berkata, "Sepeninggalku, ...diantara bait-ku (keluargaku), engkaulah yang pertama-tama akan menyusulku..."

Kini, Fatimah telah menunggu masa itu. Ia telah sedemikian rindu dengan ayahanda pujaan hatinya. Setelah menatap mata suaminya, dan menggenggam erat tangannya...seakan ingin berkata, "kutunggu dirimu nanti di surga...bersama ayah...", Fatimah Az-Zahro menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya... dalam deraian air mata... Ali menguburkan jasad istrinya tercinta itu...yang masih belia itu...sendiri...di tengah malam buta...Ali tidak ingin membagi perasaannya itu dengan orang lain. Mereka berdua larut dalam keheningan yang hanya mereka berdua yang tahu. Lama Ali terpekur di gundukan tanah merah yang baru saja dibuatnya. Setiap katanya adalah setiap tetes air matanya. Mengalir begitu deras. Hingga kemudian, dengan dua tangan terkepal. Ali bangkit berdiri...dan berteriak sekeras-seKerasnya sambil menghadap langit...." A L L A H U ... A K B A R".


Pertempuran Antar Sahabat
Amirul Mukminin Ali ra., kemudian berkonsentrasi membenahi kondisi umat. Terutama pada sisi administrasi pemerintahan, ekonomi dan stabilitas pertahanan. Beberapa reformasi fundamental, seperti penggantian pejabat dan pengambilan kembali harta yang pernah diberikan oleh khalifah sebelumnya (Ustman bin Affan) menyulut kontroversi. Terutama, dalam kacamata awam, Ali tak pula kunjung menyeret pelaku pembunuhan Khalifah Ustman ke pengadilan.

Yang harus dihadapi Ali tak tanggung-tanggung, sahabatnya sendiri. Sahabat yang dulu pernah berjuang bersama Rasulullah menegakkan Islam, kini berada dalam barisan yang hendak melawannya. Bahkan ada pula sahabat yang dulu membaiatnya menjadi khalifah. kini turut pula menghadangnya. Kondisi yang betul-betul pahit.

Ali tidak pandang bulu. Baginya hukum menyentuh siapa saja. Tidak ada istilah 'orang kuat' di mata Ali. BAgi beliau, "orang lemah terlihat kuat dimataku, saat aku harus berjuang keras mengembalikan hak miliknya yang terampas. Orang kuat terlihat lemah di mataku, saat aku terpaksa mengambil sesuatu darinya yang bukan menjadi haknya".

Di masa Khalifah Ali, pusat pemerintahan di pindahkan ke Kuffah. Dari sini kemudian ia mengendalikan wilayah Islam, yang saat itu telah meluas termasuk Syam. Kondisi saat itu benar-benar membutuhkan ketegasan. Sebagai khalifah terakhir dalam bingkai Khulafa Ar-rasyidin, Ali dihadapkan pada masa pelik. Dimana akar dari permasalahannya adalah makin bertambahnya Islam dari segi jumlah namun makin berkurang pula dari segi kualitas. Interest pribadi (nafs), kesukuan (nasionalisme sempit) yang dibalut atas nama agama, menjadi awal mulanya masa kemunduran Islam.

Ketidaksempurnaan informasi yang diterima bunda Aisyah di Mekkah terhadap beberapa kebijakan Khalifah Ali telah membuatnya menyerbu Kuffah. Perang Jamal (Unta), demikian sejarah mencatatnya. Sebab bunda Aiysah ra memimpin perang melawan Ali dengan menunggangi Unta. Bersama Aisyah, turut pula sahabat Zubair bin Awam dan Thalhah. Di akhir peperangan, Khalifah Ali menjelaskan semuanya, dan Asiyah dipulangkan dengan hormat ke Mekkah. Ali mengutus beberapa pasukan khusus untuk mengawal kepulangan bunda Aisyah ke Mekkah.

Berikutnya adalah Perang Shiffin. Bermula dari GUbernur Syam, Muawiyyah bin Abu Sofyan yang menyatakan penolakannya atas keputusan Ali mengganti dirinya sebagai gubernur. Kondisi serba tak taat ini membuat Ali masygul. Mereka bertemu dalam Perang Siffin. Dan di saat-saat memasuki kekalahannya, pasukan Syam kemudian mengangkat Al-Quran tinggi-tinggi dengan tombaknya, yang membuat pasukan Kufah menghentikan serangan. Dengan cara itu, kemudian dibukalah pintu dialog.

Perundingan inilah yang kemudian membawa babak baru dalam kehidupan Ali, bahkan dunia Islam hingga saat ini. Sebuah tahkim (arbitrase) yang menurut sebagian pihak membuat Ali di bagian pihak yang kalah, namun menunjukkan kemuliaan hati Ali di sisi lain. Syam mengutus Amru Bin 'Ash yang terkenal dengan negosiasinya dan Ali mengutus Abu Musa Asyari, yang terkenal dengan kejujurannya. Ali nampak betul-betul berharap terhadap perundingan ini dan menghasilkan traktat yang membawa kedamaian diantara keduanya. Namun, kelihaian mengolah kata-kata dari pihak Syam membuat arbitrase itu seperti mengukuhkan kemunduran Ali sebagai khalifah dan menggantikannya dengan Muawiyah.

Dan ini menimbulkan ketidakpuasan dari beberapa elemen di pasukan Ali. Dari sini, lahirlah para Khawarij yang kelak kemudian, bertanggung jawab terhadap kematian Khalifah Ali.

Khawarij itu, Tiga untuk Tiga... Mereka membentuk tim berisi tiga orang yang tugasnya membunuh tiga orang yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap perundingan tersebut. Abdurahman bin Muljam ditugasi untuk membunuh Ali bin Thalib, Amr bin Abi Bakar ditugasi untuk membunuh Muawiyah, dan Amir bin Bakar ditugasi untuk membunuh Amr bin Ash. Mereka kemudian gagal membunuh tokoh-tokoh ini, kecuali Abdurahman bin Muljam.

Menjelang wafatnya Khalifah Ali ra, Ali sempat bermuram durja. Sebab, penduduk Kuffah termakan propaganda dan kehilangan ketaatan kepada dirinya. Saat Ali meminta warga Kuffah untuk mempersiapkan diri menyerbu Syam, namun warga Kuffah tak terlalu menanggapi seruan itu. Ini berdampak psikologis amat berat bagi Ali. Tidak hanya sekali dua kali. tapi acapkali seruan Khalifah Ali di anggap angin lalu oleh warga Kufah.

Karena itu, Ali sempat berkata," “Aku terjebak di tengah orang-orang tidak menaati perintah dan tidak memenuhi panggilanku. Wahai kalian yang tidak mengerti kesetiaan! Untuk apa kalian menunggu? Mengapa kalian tidak melakukan tindakan apapun untuk membela agama Allah? Mana agama yang kalian yakini dan mana kecemburuan yang bisa membangkitkan amarah kalian?”

Pada kesempatan yang lain beliau juga berkata, “Wahai umat yang jika aku perintah tidak menggubris perintahku, dan jika aku panggil tidak menjawab panggilanku! Kalian adalah orang-orang yang kebingungan kala mendapat kesempatan dan lemah ketika diserang. Jika sekelompok orang datang dengan pemimpinnya, kalian cerca mereka, dan jika terpaksa melakukan pekerjaan berat, kalian menyerah. Aku tidak lagi merasa nyaman berada di tengah-tengah kalian. Jika bersama kalian, aku merasa sebatang kara.”

"Jika bersama kalian, aku merasa sebatang kara". Pernyataan pedih mewakili hati yang pedih. Dalam kehidupan kekinian, mungkin bertebaran di tengah-tengah kita pemimpin-pemimpin baru atau anak-anak muda berjiwa pembaharu yang dalam hatinya sama dengan dalamnya hati Ali ra saat mengucapkan kalimat itu. Mereka menawarkan jalan cerah tapi, kita umatnya memilih kegelapan yang nampak menyilaukan. Kita abai terhadap ajakan mereka, dan malah mungkin memusuhinya...mengisolasinya. Ahhh...semoga kita terhindar dari kelakuan keji itu...

Usaha Khalifah Ali ra untuk menyusun kembali peta kekuatan Islam sebenarnya telah diambang keberhasilan. Satu demi satu yang dulunya tercerai berai telah kembali berikrar setia pada beliau. Namun , Allah berkehendak lain, setelah berjuang keras sekitar 5 tahun menjaga amanah kepemimpinan umat, dan setelah melewati berbagai fitnah dan deraan, Khalifah Ali menyusul kekasih hatinya, Rasulullah SAW dan FAtimah Az-Zahra menghadap Sang Pencipta, Allah SWT.

Hari itu, tanggal 19 ramadhan tahun 40 H, saat beliau mengangkat kepala dari sujudnya, sebilah pedang beracun terayun dan mendarat tepat di atas dahinya. Darah mengucur deras membahasi mihrab masjid. “Fuztu wa rabbil ka’bah. Demi pemilik Ka’bah, aku telah meraih kemenangan.”, sabda Ali di tengah cucuran darah yang mengalir. Dua hari setelahnya, Khalifah Ali wafat. Ia menemui kesyahidan seperti cita-citanya. Seperti istrinya, Ali juga dimakamkan diam-diam di gelap malam oleh keluarganya di luar kota Kuffah.

Di detik-detik kematiannya, bibir beliau berulang-ulang mengucapkan “Lailahaillallah” dan membaca ayat, “Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah. Waman ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarah.” yang artinya, “Siapapun yang melakukan kebaikan sebiji atompun, dia akan mendapatkan balasannyanya, dan siapa saja melakukan keburukan meski sekecil biji atom, kelak dia akan mendapatkan balasannya.”

Beliau sempat pula mewasiatkan nasehat kepada keluarganya dan juga umat muslim. Di antaranya : menjalin hubungan sanak keluaga atau silaturrahim, memperhatikan anak yatim dan tetangga, mengamalkan ajaran Al-Qur’an, menegakkan shalat yang merupakan tiang agama, melaksanakan ibadah haji, puasa, jihad, zakat, memperhatikan keluarga Nabi dan hamba-hamba Allah, serta menjalankan amr maruf dan nahi munkar.

Islam telah ditinggalkan oleh satu lagi putra terbaiknya. Pengalaman heroik hidupnya telah melahirkan begitu banyak kata-kata mulia yang mungkin akan pula menjadi abadi. Ia menjadi inspirasi bagi setiap pemimpin yang ingin membawa bumi ini pada ketundukan kepada Allah SWT.

Saat ia dicerca dari banyak arah, lahirlah perkataan beliau : “Cercaan para pencerca tidak akan melemahkan semangat selama aku berada di jalan Allah”.

Saat beliau mesti menerima kenyataan pahit berperang dengan sahabatnya sendiri, dan juga mendapatkan persahabatan dari oarng yang dulunya menjadi musuh,lahirlah : "Cintailah sahabatmu biasa saja, karena mungkin ia akan menjadi penentangmu pada suatu hari, dan bencilah musuhmu biasa saja, karena mungkin ia akan menjadi sahabatmu pada suatu hari".

Beliau juga sangat menghormati ilmu. Tidak terkira banyaknya, kalmat bijak yang keluar dari mulutnya tentang keutamaan mencari ilmu. Ia juga menyarankan orang untuk sejenak merenungi ilmu dan hikmah-hikmah kehidupan. Kata beliau, "Renungkanlah berita yang kau dengar secara baik-baik (dan jangan hanya menjadi penukil berita), penukil ilmu sangatlah banyak dan perenungnya sangat sedikit".

Khalifah Ali ra adalah sebuah legenda. He is a legend. Dan legenda tidak akan pernah mati. Bisa jadi, saat lilin-lilin di sekitar kita mulai padam satu persatu, dan kita kehilangan panduan karenanya, maka pejamkanlah saja sekalian matamu. Hadirkan para legenda-legenda Islam itu, termasuk beliau ini, dalam benakmu dan niscaya ia akan menjadi penerang bagimu...seterang-terangnya cahaya yang pernah ada di muka bumi.